Materialisme adalah penyakit yang tersembunyi dalam diri kita. Sumbernya adalah syahwat (keinginan-keinginan duniawi yang bersifat kebendaan). Ia akan tumbuh subur dan bahkan dapat mengendalikan diri kita jika kita tidak mampu mengendalikan syahwat tersebut. Memang, terkadang pemicunya bisa saja faktor luar seperti lingkungan, keluarga atau gaya hidup materialisme dan konsumtif yang berkembang dalam masyarakat. Pada umunya ada tiga macam syahwat dunia yang tertanam dalam diri kita yang harus selalu diwasapadai dan dikendalikan, yakni syahwat wanita, anak dan harta benda. sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu Wata'ala :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ >> الشَّهَوَاتِ << مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (١٤)
"Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga" Ali 'Imran : 14
Selama gambaran-gambaran keinginan duniawi (dunia dan isinya) masih menyibukkan pikiranmu, maka hatimu masih saja tak bisa lepas dari debu syahwat. Istirahatkanlah dirimu dari mengurus duniamu, apa yang telah diselesaikan oleh orang lain untuk-mu, kamu tidak perlu mengurusnya untuk dirimu.
“Bagaimana mungkin hati dapat memancarkan cahaya, sedangkan di dalamnya terlukis gambar duniawi. Atau bagaimana mungkin hati dapat menuju Allah kalau ia masih terikat oleh syahwat (keinginan). Bagaimana hati akan mempunyai keinginan yang kuat agar masuk kepada kehadirat Allah, padahal hatinya belum suci dari kelalaiannya. atau bagaimana bisa berharap agar mengerti rahasia-rahasia yang halus, padahal ia belum bertaubat untuk menebus kesalahannya.”
Pendapat beberapa Ulama
Adapun mengurus masalah kehidupan dari sisi kemudahan akan membantu kita untuk mencapai cita-cita bermakrifat kepada Allah maka hal ini tidak berbahaya, karena “Mengurus kehidupan itu adalah sebagian perjalanan hidup kepada ma'rifatullaah” sebagaimana perjalanan Rasullullah Muhammad SAW Isra' dan Mi'raj.
Sesungguhnya ini adalah kesulitan yang sangat besar karena menyibukkan diri beribadah karena ada kemudahan memenuhi syahwat duniawi, sedangkan keinginannya sebagian besar mungkin tidak akan terjadi hingga semangat ibadahnya dapat berujung menodai dugaan dan keyakinannya. Mampu melakukan banyak ibadah di saat kesulitan materi itu akan lebih bernilai hebat daripada di saat mudah mendapatkan materi. Kesulitan materi tidak mengganggunya melakukan banyak ibadah, tidak akan pernah takut dari kesulitan materi adalah juga merupakan bentuk dari meng-istrihatkan jiwa.
Kita sekarang hidup di zaman materialisme yang sangat mengerikan. Semua standar kehidupan didasarkan pada materi yang seolah - olah harus dimiliki dan dikuasai. Semua sisi kehidupan kita telah dijangkiti virus materialisme yang mematikan itu. Bahkan virus materialisme telah pula menggerogoti kehidupan beragama disekitar kita. Hampir sulit kita temukan aktivitas keagamaan, seperti ibadah, dakwah, sosial, pendidikan, politik dan sebagainya yang tidak digerogoti oleh materialisme. Inti semua itu adalah bergesernya standar nilai dan kemuliaan dari keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, kepada materi dan status sosial. Padahal yang pailing mulia di sisi Allah adalah orang yang paling baik kualitas taqwanya.
Dapat kita lihat , kita temukan , kita alami serta harus kita akui di zaman ini bahwa syahwat telah menjadi tujuan hidup kita sehingga melupakan balasan Allah di akhirat, maka ingatlah, saat itu berarti kita sudah dikuasasi dan dikendalikan olehnya. Awalnya memang hanya sekedar kesenangan dan kecintaan biasa sebagai sifat yang dimiliki manusia. Namun, lalma kelamaan bisa berubah menjadi orientasi yang seolah - olah harus atau wajib yang kemudian dengan tidak disadari bisa meningkat dan berubah menjadi tuhan yang disembah dan ditaati.
Saat ini, tidak sedikit kita lihat orang-orang yang menjadikan wanita, anak-anak dan harta menjadi tuhan. Bagi orang-orang seperti ini, mereka tidak akan pernah mau peduli halal atau haram. Yang penting mereka meraih apa yang mereka inginkan dari wanita, anak dan harta. Wanita, anak-anak dan harta telah melalaikan mereka dari mengingat Allah. Wanita, anak-anak dan harta telah memalingkan mereka dari jalan hidup yang Allah ciptakan untuk mereka. dengan tanpa disadari, mereka membangkang secara perlahan kepada setiap peritah dan larangan Allah, kepada Rasulullah dan kepada ajaran Islam yang Allah turunkan dan Rasulullah ajarkan untuk menyelamatkan kehidupan mereka di dunia dan sekaligus di akhirat kelak.
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment