Kisah Khidr Menjalani Dan Menilai Kehidupan

Khidr adalah seorang Hamba Allaah yang misterius sebagaimana dituturkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu Allaah dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir tidak banyak disebutkan.

Mungkin sebagian besar sudah pernah mendengar cerita tentang seorang Hamba Allaah yang tega membunuh seorang anak kecil , melobangi perahu dan memperbaiki dinding bangunan tanpa upah demi sesuatu hal yang baik di kemudian hari nanti Dialah Nabi Khidir A.S. yang mana kisah Kisah tersebut terjadi pada saat Nabi Musa berguru kepada Khidir, sekaligus menjadi Asbabul Nuzul (sebab-sebab turunnya) ayat Al Qur'an surat Al-Kahfi ayat 65-82.


Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris , Ilyas , dand Isa (Yesus). Khidr abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Pada suatu hari Nabi Musa ditanya oleh kaumnya tentang siapa orang yang paling berilmu. Nabi Musa menjawab bahwa dirinyalah orang yang paling berilmu, seketika itu juga Nabi Musa ditegur oleh Allah SWT. Sesungguhnya ada seorang hamba-Nya yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada Nabi Musa, yakni Nabi Khidir A.S. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Nabi Musa berjumpa dengan Nabi Khidir dan ingin menjadi muridnya.

Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidr. Beberapa orang mengatakan Khidr adalah gelarnya; yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan, Para cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain. Al-Khidr secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau' melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “langsung dari sumber kehidupan.”

Ujian Kesabaran.

"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku. Jika kamu mengikuti, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menjelaskannya kepadamu," kata Nabi Khidir. Akhirnya Nabi Musa menyanggupi, setelah mengikuti kemanapun Nabi Khidir pergi, terjadilah beberapa peristiwa yang aneh dan mengganjal serta menyalahi syariat. Kejadian pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama, Nabi Musa bertanya tapi ditolak oleh Nabi Khidir a.s.

Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil yang sedang bermain. Peritiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa menahan amarah dan bertanya, Namun Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa. Selanjutnya saat keduanya kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar, namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat. Hal ini membuat Nabi Musa kesal.

Setelah dikecewakan oleh para penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh untuk bersama-sama memperbaiki tenbok suatu rumah yang rusak. Nabi Musa akhirnya terpaksa bertanya terhadap sikap Nabi Khidir. Karena pertanyaan itu, akhirnya Nabi Khidir menegaskan, ia tidak dapat menerima Nabi Musa menjadi muridnya.

Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa ia melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya. Perahu dihancurkan karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggalllah seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya.

Nabi Khidir menjelaskan bahwa ia membunuh seorang anak, karena orang tuanya adalah pasangan yang beriman. Jika anak ini menjadi dewasa, dapat mendorong bapak dan ibunya untuk menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak itu nanti akan digantikan dengan anak yang sholeh dan lebih mengasihi kedua bapak ibunya hingga anak cucunya.

Rumah yang dindingnya diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Di dalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua Ayah kakak beradik itu telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shaleh. maka allaah menghendaki agar supaya kelak ketika mereka dewasa dapat mengeluarkan harta benda simpanan ayahnya sebagai rahmat dari Allaah.

Akhirnya Nabi Musa mengerti dan bersyukur karena telah dipertemukan dengan Nabi Khidir. Maka dari itu sobat, janganlah merasa paling berilmu di dunia ini dan paling mengetahui. Karena ilmu adalah milik Allah SWT, Dialah yang memiliki ilmu tiada duanya. Cerita ini sangat baik dan bisa menjadi Suri Tauladan untuk kita semua.

Hidup dan kehidupan ini misterius, baik atau jelek menurut kita belum tentu menurut Allaah , karena Allaah Maha Berkehendak dan Berkuasa terhadap setiap hamba-hamba-Nya.

"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui" Al An'aam : 17 - 18

Wallahu A'lam

0 komentar:

Post a Comment