Allahu Rabbi (Kepengaturan Allah Di Alam Semesta)

Rabb dalam bahasa Arab adalah raja, penguasa, pemilik yang dalam konteks Islam merujuk kepada Allah. Di dalam Al-Qur'an, Rabb adalah nama yang umum untuk Tuhan. Kata "Rabb" atau "Rabbi" atau "Robbuna" hanya dinisbahkan / dikaitkan kepada Allah sedangkan untuk sesuatu selain Allah, mesti disambungkan dengan kata lain. 1:2 "Segala Puji milik Allah, Rabb seluruh semesta alam." 114:1 "Katakanlah, aku berlindung kepada Rabb manusia."

"Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin" (segala puji milik Allah, Rabb seluruh semesta alam), rabb di sana diterjemahkan sebagai Pengatur, Pemelihara dan Penguasa, tapi secara tata bahasa, arti rabb adalah pengatur. Sesuatu dikatakan pengatur kalau memiliki aturan (seperti penulis dengan tulisannya, pengarang dengan karangannya). Kepengaturan Allah di alam semesta selanjutnya diistilahkan sebagai Rubbubiyah.

Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Bukankah kebanyakan dari manuasia itu tidak mengenal Allah dengan sebenarnya ' Awaluddin Ma'rifatullah / awal agama mengenal Allah" mengenal Allah tidak hanya kenal nama dan tidak kenal dengan Yang Empunya Nama, kalau tidak mengenal Allah dengan sebenarnya kemungkinan akan bertingkah laku, beranggapan, berapresiasi terhadap sesuatu termasuk kepada Syirik (Menyekutukan Allah) inilah dosa yang tidak akan diampunkan"


Dosa walau sepenuh langit dan bumi akan diampuni Oleh Allah Yang Maha Pengampun kecuali dosa syirik (menyekutukanNya) atau Bagaimana mungkinkah untuk memahami arti atau maksud kalimat "mendekatkan diri kepada Allah" atau iman (percaya) sedangkan kita belum kenal, atau setengah kenal, kemungkin juga kita belum iman atau setengah iman. Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini.

Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Allah yang merencanakan PENCIPTAAN, KEKUASAAN DAN PENGATURAN, suatu kejadian / penciptaan sebut saja proses seekor nyamuk dari sebelum ada, akan menjadi ada, setelah ada Allah mengatur kehidupan, habitat nyamuk apa yang akan dimakannya, kemana ia akan terbang berapa jumlah jatah makanan detik ini, dengan nyamuk mana ia akan kawin, Allah yang memberi tahukan atau memberi petunjuk ke mana ia akan mencari makanan, bagaimana bentuk, rupa warna, bau makanannya dan berapa jumlah makanan yang akan di dapatnya Allah yang memaklumkan yang memberitahukan, mengajar, mendidik nyamuk tersebut, dan menentukan berapa telur yang akan dihasilkannya, mengatur keturunannya seterusnya-seterusnya.

Allah Maha Pencipta segala sesuatu, Mencipta segala sesuatu menjadi nyata, segala sesuatu menjadi berbeda, segala sesuatu menjadi berupa-rupa, segala sesuatu menjadi nyata warna-warninya, terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat sama sekali, karena Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu secara hakikat sebenarnya / sesungguhnya lebih nyata dari segala sesuatu, bagaimana segala sesuatu menghijab Allah sedangkan segala sesuatu itu Dia yang menjadikan Nyata dan Allah Maha Besar dari segala sesuatu (segala sesuatu yang dimaksud di sini adalah Selain dari Allah SWT), segala sesuatu lebih kecil dari pada Dia.

Hampir seluruh doa yang di dalam Al-Qur'an dimulai dengan Rabb, Robbi, Robbana, Rubbuna, disini apabila kita tilik dengan teliti dengan menggunakan pemahaman yang mendalam ternyata ada terdapat rahasia-nya rahasia, rahasia di atas rahasia. Rububiyyah (bahasa Arab: ربوبية) adalah aspek-aspek Allah sebagai Rabb yang terjabar pada al-Akwan Alam Semesta dan al-Kitab. Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta (makro kosmos) maupun alam manusia (mikro kosmos, secara fisik) merupakan penjabaran Rububiyyah Allah. Adapun Rububiyyah Allah dijelaskan dalam bentuk Asma Allah (Nama-nama / Sifat Allah) yang merupakan prinsip-prinsip ilmu (isme) yang diringkas dalam 99 asma-ul husna dan diringkas lagi dalam asma Ar Rahmaan (Dzat Allah yang memiliki nikmat panjang / besar dari dunia hingga akhirat) dan Ar Rahiim (Dzat Allah yang memiliki nikmat pendek sebatas dialam dunia saja).

Dalam pelaksanaan Rububiyyah Allah pada alam psiko-sosial manusia, dilakukan dengan menerapkan azas-azas yang terdapat pada Alam Semesta serta yang dijelaskan pada Al-Kitab (Taurat, Injil, dan Al Qur'an), dengan berpedoman / mencontoh pada Sunnah para Rasul. Nama Allah Ta’ala yang maha indah ini disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya dalam firman Allah Ta’ala,

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين

“Katakanlah : ”Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” (QS al-An’aam:162).

Dan dalam firman-Nya,

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ

“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu?” (QS al-An’aam:164).

Demikian pula dalam firman-Nya,

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

“Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Shaad: 66).

Makna ar-Rabb secara bahasa

Ibnu Faris berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama: memperbaiki dan mengurus sesuatu. Maka ar-Rabb berarti yang menguasai, menciptakan dan memiliki, juga berarti yang memperbaiki / mengurus sesuatu.

Ibnul Atsir berkata, “Kata ar-Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan dengan kata yang lain kecuali untuk Allah Ta’ala semata, dan kalau digunakan untuk selain-Nya maka harus digandengkan dengan kata lain, misalnya: rabbu kadza pemilik sesuatu ini.

Lebih lanjut imam Ibnu Jarir ath-Thabari memaparkan, “(Kata) ar-Rabb dalam bahasa Arab memliki beberapa (pemakaian) arti, penguasa yang ditaati di kalangan orang-orang Arab disebut rabb , orang yang memperbaiki sesuatu dinamakan rabb , demikian juga orang yang memiliki sesuatu dinamakan rabb. Terkadang kata ini juga digunakan untuk beberapa arti selain arti di atas, akan tetapi semuanya kembali pada tiga arti tersebut. Maka Rabb kita Allah Ta’ala yang maha agung pujian-Nya adalah penguasa yang tidak ada satupun yang menyamai dan menandingi kekuasaan-Nya, dan Dialah yang memperbaiki mengatur semua urusan makhluk-Nya dengan berbagai nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, serta Dialah pemilik alam semesta beserta isinya yang memiliki kekuasan mutlak dalam menciptakan dan memerintahkan mengatur”.

Penjabaran makna nama Allah ar-Rabb

Ar-Rabb adalah al-Murabbii yang maha memelihara dan mengurus seluruh makhluk-Nya dengan mengatur urusan dan melimpahkan berbagai macam nikmat kepada mereka. Maka ar-Rabb adalah Yang Maha Pencipta sekaligus Penguasa dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Makna ar-Rabb adalah yang memiliki sifat rububiyah terhadap seluruh makhluk-Nya dalam hal menciptakan, menguasai, berbuat sekehendak-Nya dan mengatur mereka.

Nama Allah yang mulia ini termasuk nama-nama Allah Ta’ala yang mengandung beberapa arti dan bukan hanya satu arti. Bahkan nama ini jika disebutkan sendirian tanpa nama Allah Ta’ala lainnya, kandungannya mencakup semua nama Allah yang maha indah dan sifat-Nya yang maha sempurna.

Dalam hal ini imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Sesungguhnya ar-Rabb adalah zat yang maha kuasa, yang mengadakan, pencipta, pembentuk rupa, yang maha hidup lagi berdiri sendiri dan menegakkan urusan makhluk-Nya, maha mengetahui, mendengar, melihat, luas kebaikan-Nya, pemberi nikmat, pemurah, maha memberi dan menghalangi, yang memberi manfaat dan celaka, yang mendahulukan dan mengakhirkan, yang memberi petunjuk dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya sesuai dengan hikmah-Nya yang agung, yang menganugerahkan kebahagiaan dan menyengsarakan siapa yang dikehendaki-Nya, yang memuliakan dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya, dan semua makna rububiyah lainnya yang berhak dimiliki-Nya dari kandungan nama-nama-Nya yang maha indah”.

Sifat rububiyah Allah Ta’ala ini meliputi seluruh alam semesta beserta isinya, karena Dialah yang memelihara dan mengatur semua makhluk dengan berbagai macam nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, Dialah yang menciptakan mereka dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, Dialah yang menyediakan semua kebutuhan makhluk-Nya, dan Dialah yang memberikan kepada semua makhluk penciptaan yang sesuai dengan keadaan mereka kemuadian memberi petunjuk kepada mereka untuk kebaikan dalam hidup mereka.

Pembagian sifat rububiyah Allah Ta’ala , Sifat rububiyah Allah Ta’ala ada dua macam :

1. Rububiyah umum yang mencakup semua makhluk, baik yang taat maupun yang selalu berbuat maksiat, yang beriman maupun kafir, yang berbahagia maupun celaka, yang mendapat petunjuk maupun yang sesat. Rububiyah ini berarti menciptakan, memberi rezki, mengatur, melimpahkan berbagai macam nikmat, memberi dan menghalangi, meninggikan dan merendahkan, menghidupkan dan mematikan, mamberi kekuasaan dan menghilangkannya, melapangkan dan menyempitkan, melapangkan semua penderitaan, menolong orang yang kesusahan dan memenuhi permohonan orang yang ditimpa kesulitan. Ini semua berlaku umum untuk selauruh makhluk-Nya, Allah Ta’ala berfirman,

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

“Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia memenuhi semua kebutuhan makhluk-Nya” (QS ar-Rahmaan:29).

2. Rububiyah yang khusus bagi para kekasih dan orang-orang yang dicintai-Nya, yaitu dengan dia menjaga dan memberi taufik kepada mereka untuk beriman dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, serta melimpahkan kepada mereka ilmu ma’rifatullah (mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan taufik untuk selalu kembali / bertobat kepada-Nya, mengeluarkan mereka dari berbagai macam kegelapan kesesatan menuju cahaya petunjuk-Nya, dan memudahkan mereka untuk melakukan semua kebaikan serta menjaga mereka dari semua keburukan.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Rububiyah yang lebih khusus dari itu adalah penjagaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang shaleh dengan memperbaiki hati, jiwa dan akhlak mereka. Inilah sebabnya mengapa mayoritas doa yang diucapkan hamba-hamba Allah Ta’ala yang shaleh, yang disebutkan dalam al-Qur’an selalu diawali dengan nama Allah ar-Rabb misalnya: Wahai Rabb kami, atau wahai Rabb-ku, karena mereka sangat mengharapkan makna yang khusus dari sifat rububiyah ini, sehingga isi doa mereka pun tidak lepas dari makna yang dijelaskan di atas.

Pengaruh positif dan manfaat mengimani nama Allah ar-Rabb

Mengimani Rububiyah Allah akan menumbuhkan dalam diri seorang muslim keikhlasan dalam beribadah kepada-Nya dan ketundukan yang seutuhnya di hadapan-Nya. Hal ini disebabkan karena keimanan terhadap Rububiyah Allah Ta’ala mengandung konsekwensi penetapan uluhiyah penghambaan diri dengan ikhlas bagi Allah Ta’ala.

Inilah yang ditunjukkan dalam firman Allah Ta’ala,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu semata-mata, Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” (QS al-Baqarah:21).

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku semata-mata” (QS al-Anbiyaa’:92).

Imam Ibnul Qayyim memaparkan hal penting ini dalam ucapannya, “… Inilah tanda adanya tauhid uluhiyah penghambaan kepada Allah Ta’ala yang sempurna dalam hati seorang hamba, dan pintu masuk yang membawa hamba ini mencapai kedudukan ini adalah tauhid Rububiyah. Artinya: pintu masuk untuk mencapai tauhid uluhiyah adalah tauhid rububiyah.

Sesungguhnya yang pertama kali tertanam dalam hati manusia adalah mengimani keesaan Allah Ta’ala dalam Rububiyah-Nya, kemudian kedudukannya meningkat kepada keimanan terhadap keesaan Allah Ta’ala dalam uluhiyah-Nya. Sebagaimana hal inilah yang diserukan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an, yaitu dengan pengakuan manusia terhadap tauhid Rububiyah yang mengandung konsekwensi mengakui tauhid uluhiyah. Allah menegakkan argumentasi kepada mereka dengan pengakuan mereka ini, kemudian Dia menyampaikan bahwa mereka sendiri yang menentang pengakuan mereka itu dengan menyekutukan-Nya dalam uluhiyah.

Maka dalam keadaan ini terwujudlah pada diri seorang hamba tingkatan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” (QS al-Faatihah:5).

Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka : ” Siapakah yang menciptakan mereka ? niscaya mereka menjawab : ”Allah” maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari menyembah Allah ?” (QS az-Zukhruf: 87).

Demikian pula beriman kepada Rububiyah-Nya dengan benar akan membawa seorang hamba menuju tingkatan ridha kepada Allah Ta’ala sebagai Rabb, yang berarti ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya. Inilah syarat untuk mencapai tingkatan ridha kepada-Nya sebagai Rabb secara utuh dan sepenuhnya, dan ini merupakan ciri utama orang yang telah merasakan kemanisan dan kesempurnaan iman, sebagaimana sabda Rasulullah Ta’ala, “Akan merasakan kelezatan / kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah Ta’ala sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya serta nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya”
Dengan memohon kepada Allah Rabb semesta alam, agar senantiasa menganugerahkan kepada kita semua penjagaan dan taufik dari-Nya, serta semua makna Rububiyah-Nya yang khusus, sebagaimana yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

Wallahu A'lam

6 komentar:

Unknown said...

SUBHANALLAH

Ramli said...

indahnya...alhamdulillah

musanaj said...

Allohu robbi...

Reynox said...

Kupasan maksud Robbi yg bagus.tmkc info ini

Reynox said...

Kupasan maksud Robbi yg bagus.tmkc info ini

Marzuki said...

Rabb bukanlah dierti katakan tuhan dalam terjemahan bahasa nelayu dalam al quran,,info terbaik

Post a Comment