Menjadi Orang Yang Rabbani

"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani" karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Ali 'Imran : 79

Ar-Rabb artinya adalah yang melakukan perbaikan, yang mengelola, yang memaksa dan yang selalu mengurusi. Inilah makna “murabbi” jika diambil dari akar kata “ar-rabb”, yakni selalu melakukan perbaikan (utamanya akhlaq) pada peserta didiknya, dan untuk tujuan ini kadangkala ia melakukan tindakan pemaksaan. Memang “murabbi” hakiki hanyalah Allah Ta’ala, sedangkan manusia lebih tepat hanyalah seolah – olah “murabbi” atau “mutarabbi”.

Rabbani dalam pengertian lain ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala sehingga kapanpun dan dimanapun manusia yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allooh Subhanahu wata'ala akan senantiasa mengadakan perbaikan dan mengarahkan manusia yang melenceng atau menyalahi perintah Allooh Subhanahu Wata'ala untuk kembali ke jalan yang di Ridhai-Nya dan bukan dengan membiarkan mereka yang tersesat terus dalam kesesatan di lubang yang sama.

"Dan ingatlah ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras ?" Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan pelepas tanggung jawab kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa" Al A'raaf : 164

Dalam surah diatas secara jelas kita dapatkan bahwa pada hakekatnya setiap manusia memiliki tanggung jawab terhadap manusia yang lain untuk saling mengingatkan dan menasehati sebagaimana termaktub dalam surah Al ´Ashr 1 - 3  : "Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran"

Secara umum, kemudian kata rabb dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:

Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).

Maknanya adalah sebagai proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan). menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah Subhanahu Wata'ala. proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.

Mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap seseorang tentang pembinaan dan pengembangan jasad dan akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk, serta pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah Subhanahu Wata'ala.

Dalam Islam, istilah menjadi orang rabbani saat ini lebih kepada pendidikan atau disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya

1. Menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.

2. Menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.

3. Sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.

4. Sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.

5. Dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah Subhanahu Wata'ala.

Wallahu A'lam

0 komentar:

Post a Comment