Menjadi Manusia Seutuhnya

Manusia adalah makhluk dengan species terbaik yang telah dicptakan oleh Sang Pencipta (Allah Subhanahu Wata'la dari semua makhluk yang telah diciptakan dengan kapasitas pikiran , aqal , mental , dan hak istimewa. yakni memimpin seluruh eksistensi / keberadaan makhluk (ciptaan) di alam semesta. Manusia memiliki kapasitas penuh untuk menempatkan , mengolah ,  memberdayakan akal dan pikirannya untuk bekerja sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri (hak istimewa yang tidak dimiliki makhluk lain).

Akal dan Pikiran manusia terdiri dari empat jenjang yaitu penalaran, berpikir, kemampuan kreatif dan imajinatif. Jadi untuk menjadi seorang manusia dan bisa disebut manusia, adalah dengan meletakkan pikiran, penalaran , dan kemampuan kreatif serta imajinatif (pemahaman)  pada tempat , waktu dan kondisi yang benar sesuai dengan apa yang telah di.tetapkan oleh Sang Pencipta.

Penalaran adalah pusat dari penilaian manusia. Fungsinya membantu dalam memungkinkan manusia untuk mengetahui dan melakukan hal-hal seperti yang seharusnya dilakukan. Jadi, untuk menjadi manusia adalah menjadi wajar dan sewajarnya dan melakukan sesuatu dengan batas kewajaran.

Kewajaran adalah latihan penalaran manusia dalam menentukan jalan yang benar, tindakan dan respon di semua bidang usaha manusia. Ketika manusia penuh kewajaran dalam kegiatan sehari - hari mereka , mereka akan mampu memerintah diri mereka sendiri , mampu untuk berpikir sendiri dan mampu untuk mengendalikan diri sendiri.

Seorang manusia tidak seharusnya menceritakan semua yang benar , karena ada kalanya manusia harus sedikit berbohong untuk menutupi sesuatu hal yang buruk baik pada diri sendiri maupun orang lain (Al Ayat dan Hadist). Dengan fungsi penalaran pikiran manusia, manusia seharusnya tahu oleh naluri mental dan kesadaran apa yang benar atau salah. Ini adalah posisi manusia dimana mereka harus berusaha untuk mengarahkan diri sendiri dan orang lain serta menjaga diri sendiri terhadap apa yang kita lihat dan kita peroleh atau kita temukan di dunia kita (Al Ayat dan Hadist)

Di dalam kehidupan saat ini dan dizaman ini manusia telah menjadi seperti hewan, yang perlu dipukuli, dan atau sangat dikendalikan hanya untuk melakukan apa yang seharusnya mereka berpikir dan melakukan. Kehadiran polisi, rumah penjara, hakim, dll itu semua adalah peran utama dalam rangka untuk mencegah jatuhnya kewajaran manusia (meskipun saat ini kurang berhasil ^_^ ada sesuatu dan karena sesuatu). Orang berkelahi dan membunuh orang lain untuk penyebab yang tidak adil hanya karena jatuhnya kewajaran manusia. 

Maka Sudah waktunya bagi manusia untuk memulihkan kemampuan untuk berpikir dan mengetahui mana yang benar dari yang salah. (Al Ayat)

Karena ketika manusia gagal untuk menerapkan alasan di zamannya untuk setiap tindakannya setiap hari, seperti melakukan hal-hal bodoh dan tidak berguna serta merugikan diri sendiri dan orang lain, pada dasarnya mereka telah keluar dari standar yang diharapkan untuk menjadi seorang manusia, karena hal ini bertentangan dengan apa arti sesungguhnya menjadi manusia seperti yang diharapkan (beruntunglah mereka yang mensucikannya) al ayat.

Penalaran manusia secara alami diilhami dengan naluri dan kesadaran akan kebenaran yang seharusnya untuk membimbing manusia terhadap semua apa yang mereka lakukan dan akan mereka lakukan. Prinsip dari penalaran pikiran manusia adalah untuk melayani atau sebagai regulator batin atas tindakan eksternal manusia dan tanggapan serta tindakan yang akan mereka lakukan.

Satu-satunya cara untuk membalikkan kondisi negatif dewasa ini adalah melalui asupan kualitas pengetahuan, mengaktifkan kembali kewajaran manusia. Di sinilah pendidikan agama dan umum yang berkualitas sangat diharapkan masuk kedalam setiap jiwa manusia, pendidikan yang berkualitas mampu mengaktifkan fungsi pikiran , Penalaran,  kreatifitas dan imajinatif untuk keberhasilan penuh mereka.

Berpikir berhubungan dengan kemampuan pikiran untuk menilai, penelitian, mencerminkan dan merenungkan. dan ini adalah landasan atau dasar utama bagi manusia untuk menjadi bijaksana. Jika salah satu gagal untuk berpikir maka mereka akan tenggelam dan terjebak serta tersesat dari sikap dan perbuatan seperti layaknya manusia bahkan lebih sesat lagi bagai binatang ternak. (Al Ayat).

Bagaimana tidak kita lihat saja kenyataan yang ada saat ini dimana kebanyakan manusia khususnya generasi muda sudah tidak lagi mengindahkan kaidah - kaidah atau norma yang seharusnya berlaku baik menurut Agama maupun menurut Adat dan Budaya.

Dengan fungsi memikirkan pikiran, manusia mampu mengambil tanggung jawab penuh atas nya / takdirnya.


Bersambung Ke Catatan Selanjutnya Menjadi Manusia Seutuhnya bagian 2

Wallahu A'lam.

0 komentar:

Post a Comment