وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَتُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata dan ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. Al-Anfal: 25)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan tentang fitnah kebodohan, kerakusan, dan kekacauan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ العِلْمُ وَتَظْهَرُ الفِتَنُ وَيُلْقَى الشُحُّ وَيَكْثُرُ الهَرْجُ قَالُوْا وَمَا الهَرْجُ قَالَ القَتْلُ
“Zaman semakin dekat, ilmu dicabut, muncul fitnah-fitnah, tersebar kebakhilan-kebakhilan, banyak terjadi al haraj. Para sahabat bertanya, ‘Apakah al haraj itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, ‘Pembunuhan.’” (Muttafuqn ‘alaih).
Sungguh, ilmu telah dicabut dan sangat sedikit para ulama. Ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bermanfaat, yang akan menjadikan pemiliknya suri tauladan di dalam kebaikan, kezuhudan, kewara’an, dan dalam mengikuti sunnah Rasulullah, para sahabatnya, dan para khulafaurrasyidin. Sungguh, telah muncul bermacam fitnah dari berbagai sisi ; muncul celaan-celaan terhadap Islam, muncul orang-orang yang memberikan keraguan-keraguan di dalam agama Islam, dan menjadikan manusia berpaling darinya, sehingga tercabutlah kecintaan para pemeluknya. Ini merupakan suatu musibah yang besar.
Marilah kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah-fitnah ini, dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita keteguhan serta kemantapan dalam menempuh jalan lurus ini.
Suatu ketika Hudzaifah radhiallahu’anhu bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasulullah. Apakah setelah kebaikan Islam ini akan timbul kejelekan?” Beliau menjawab, “Ya.” Hudzaifah kembali bertanya, “Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan?” Beliau menjawab, “Ya. Akan tetapi, di dalamnya ada dahkhn.” (Rasulullah ditanya), “Apakah dakhn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Satu kaum yang mengambil sunnah selain dari sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dari petunjukku. Kalian mengetahui hal itu dari mereka dan kalian mengingkari mereka.” Hudzaifah bertanya, “Apakah setelah itu akan ada kejelekan?” Beliau menjawab, “Ya. yaitu dai-dai yang berdiri di pinggir pintu-pintu Jahannam, barangsiapa yang menerima ajakan mereka, akan dicampakkan ke dalamnya.” Hudzaifah bertanya, “Wahai, Rasulullah. (Gambarkanlah) sifat mereka untuk kami.” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita.” (Al Hadist).
Sungguh, telah tertanam pada diri para hamba sifat bakhil dan tamak, sehingga banyak di antara mereka yang menolak untuk membayar zakat dan nafkah yang wajib. Banyak orang yang tamak dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya ia tidak berhak, sehingga banyak kekacauan dan pembunuhan.
Di antara fitnah yang besar, yaitu diangkatnya amanah dari pundak-pundak manusia, sehingga hampir tidak kita dapatkan orang yang betul-betul menunaikan amanahnya. Rasulullah bersabda, yang artinya, “Seorang laki-laki tidur sejenak, sehingga diangkat amanah dari hatinya.” Beliau berkata, “Dan manusia terus melakukan jual beli, dan hampir tidak ada di antara mereka yang menunaikan amanah, maka dikatakan, Sesungguhnya di tempat Bani Fulan terdapat orang yang Amanah,” dan dikatakan tentang orang ini, alangkah berakalnya ia, alangkah beruntungnya ia, alangkah kuatnya ia; padahal di dalam hatinya tidak ada keimanan, meskipun seberat biji dzarrah”. (Muttafaqun alaih)
Benarlah apa yang dikabarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa telah diambil sifat amanah dari hati manusia, sehingga kita lihat hampir tidak ada orang yang betul-betul amanah. Demikian pula dengan kepemimpinan, ia merupakan satu amanah yang besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang pimpin.”
Pemimpin yang adil dan shalih merupakan dambaan seluruh rakyat, tentunya ia seorang sosok yang betul-betul paham terhadap hak dan kewajibannya, serta paham terhadap apa yang harus dilakukannya dalam membimbing masyarakat, yakni agar menjadi masyarakat yang mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi tatkala kepemimpinan dibebankan kepada orang yang sama sekali bukan ahlinya, maka yang akan timbul hanyalah kekacauan, tidak stabilnya kehidupan bermasyarakat, serta jauhnya dari rahmat dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian, di antara fitnah yang besar, yaitu fitnah harta. Sangat sedikit manusia yang selamat dari fitnah ini. Hanya sedikit saja yang mendapatkannya dengan cara yang halal, dan kemudian membelanjakannya di jalan yang benar. Sebagian mendapatkannya dengan berbagai cara, walaupun menggunakan jalan yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh akan datang suatu zaman, yaitu seseorang tidak lagi memikirkan dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari jalan yang halal ataukah yang haram.” (HR. Bukhari)
Sungguh benar sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam manusia tidak lagi memerdulikan tentang hartanya, dari mana ia mendapatkannya. Seolah-olah mereka hidup hanyalah untuk mengumpulkan harta dan kenikmatan-kenikmatan dunia, meskipun harus dengan cara berbuat curang, atau berdusta, atau dengan korupsi, dan yang lainnya. Manusia tidak lagi ingat, bahwasanya Allah Subhanahu Wata’ala akan menghisab dan meminta pertanggungjawabannya.
Maka, berhati-hatilah, wahai kaum muslimin. Berhati-hatilah dari fitnah-fitnah ini dan jauhilah. Sesungguhnya, apabila fitnah telah muncul dan bertebaran, ia akan membinasakan semuanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan takutlah kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata dan ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. Al-Anfal: 25)
Zainab Ummul Mukminin berkata, “Suatu ketika, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya dengan wajah kemerah-merahan. Beliau berkata,
“Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Celaka bagi orang-orang Arab. Keburukan telah mendekat. Sungguh telah dibuka pada hari ini benteng Ya’juj dan Ma’juj seukuran sekian.” Beliau melingkarkan jempol dan jari telunjuknya, maka aku (Zainab) bertanya kepada beliau, “Apakah kita akan binasa dan di sekeliling kita masih ada orang yang shalih?” Beliau menjawab, “Ya, apabila telah tersebar kekejian.” (HR. Bukhari)
Fitnah akan terus ada sampai hari kiamat nanti, dan dengan kasih-sayangnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan solusi kepada umatnya, agar terhindar dari fitnah tersebut. Yaitu dengan meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan, agar kita selalu meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari empat macam fitnah, yaitu: dari fitnah api neraka jahannam, fitnah adzab kubur, dari fitnah kehidupan serta fitnah kematian.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dari segala macam fitnah, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan pintu-pintu kebaikan, sehingga kita bisa mengikutinya, dan Dia menunjukkan kepada kita pintu kejelekan, sehingga kita bisa menjauhinya.
Wallahu A'lam
Marilah kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah-fitnah ini, dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita keteguhan serta kemantapan dalam menempuh jalan lurus ini.
Suatu ketika Hudzaifah radhiallahu’anhu bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasulullah. Apakah setelah kebaikan Islam ini akan timbul kejelekan?” Beliau menjawab, “Ya.” Hudzaifah kembali bertanya, “Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan?” Beliau menjawab, “Ya. Akan tetapi, di dalamnya ada dahkhn.” (Rasulullah ditanya), “Apakah dakhn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Satu kaum yang mengambil sunnah selain dari sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dari petunjukku. Kalian mengetahui hal itu dari mereka dan kalian mengingkari mereka.” Hudzaifah bertanya, “Apakah setelah itu akan ada kejelekan?” Beliau menjawab, “Ya. yaitu dai-dai yang berdiri di pinggir pintu-pintu Jahannam, barangsiapa yang menerima ajakan mereka, akan dicampakkan ke dalamnya.” Hudzaifah bertanya, “Wahai, Rasulullah. (Gambarkanlah) sifat mereka untuk kami.” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita.” (Al Hadist).
Sungguh, telah tertanam pada diri para hamba sifat bakhil dan tamak, sehingga banyak di antara mereka yang menolak untuk membayar zakat dan nafkah yang wajib. Banyak orang yang tamak dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang sebenarnya ia tidak berhak, sehingga banyak kekacauan dan pembunuhan.
Di antara fitnah yang besar, yaitu diangkatnya amanah dari pundak-pundak manusia, sehingga hampir tidak kita dapatkan orang yang betul-betul menunaikan amanahnya. Rasulullah bersabda, yang artinya, “Seorang laki-laki tidur sejenak, sehingga diangkat amanah dari hatinya.” Beliau berkata, “Dan manusia terus melakukan jual beli, dan hampir tidak ada di antara mereka yang menunaikan amanah, maka dikatakan, Sesungguhnya di tempat Bani Fulan terdapat orang yang Amanah,” dan dikatakan tentang orang ini, alangkah berakalnya ia, alangkah beruntungnya ia, alangkah kuatnya ia; padahal di dalam hatinya tidak ada keimanan, meskipun seberat biji dzarrah”. (Muttafaqun alaih)
Benarlah apa yang dikabarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa telah diambil sifat amanah dari hati manusia, sehingga kita lihat hampir tidak ada orang yang betul-betul amanah. Demikian pula dengan kepemimpinan, ia merupakan satu amanah yang besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang pimpin.”
Pemimpin yang adil dan shalih merupakan dambaan seluruh rakyat, tentunya ia seorang sosok yang betul-betul paham terhadap hak dan kewajibannya, serta paham terhadap apa yang harus dilakukannya dalam membimbing masyarakat, yakni agar menjadi masyarakat yang mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi tatkala kepemimpinan dibebankan kepada orang yang sama sekali bukan ahlinya, maka yang akan timbul hanyalah kekacauan, tidak stabilnya kehidupan bermasyarakat, serta jauhnya dari rahmat dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian, di antara fitnah yang besar, yaitu fitnah harta. Sangat sedikit manusia yang selamat dari fitnah ini. Hanya sedikit saja yang mendapatkannya dengan cara yang halal, dan kemudian membelanjakannya di jalan yang benar. Sebagian mendapatkannya dengan berbagai cara, walaupun menggunakan jalan yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَايُبَالِ المَرْءُ بِمَا أَخَذَ المَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang suatu zaman, yaitu seseorang tidak lagi memikirkan dari mana ia mendapatkan hartanya, apakah dari jalan yang halal ataukah yang haram.” (HR. Bukhari)
Sungguh benar sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam manusia tidak lagi memerdulikan tentang hartanya, dari mana ia mendapatkannya. Seolah-olah mereka hidup hanyalah untuk mengumpulkan harta dan kenikmatan-kenikmatan dunia, meskipun harus dengan cara berbuat curang, atau berdusta, atau dengan korupsi, dan yang lainnya. Manusia tidak lagi ingat, bahwasanya Allah Subhanahu Wata’ala akan menghisab dan meminta pertanggungjawabannya.
Maka, berhati-hatilah, wahai kaum muslimin. Berhati-hatilah dari fitnah-fitnah ini dan jauhilah. Sesungguhnya, apabila fitnah telah muncul dan bertebaran, ia akan membinasakan semuanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَتُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian semata dan ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. Al-Anfal: 25)
Zainab Ummul Mukminin berkata, “Suatu ketika, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya dengan wajah kemerah-merahan. Beliau berkata,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرِّ قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ مِثْلُ هَذِهِ
وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامُ وَالَّتِيْ تَلِيْهَا قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنَهْلِكُ وَفِيْنَا
الصَالِحُوْنَ قَالَ نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ
“Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Celaka bagi orang-orang Arab. Keburukan telah mendekat. Sungguh telah dibuka pada hari ini benteng Ya’juj dan Ma’juj seukuran sekian.” Beliau melingkarkan jempol dan jari telunjuknya, maka aku (Zainab) bertanya kepada beliau, “Apakah kita akan binasa dan di sekeliling kita masih ada orang yang shalih?” Beliau menjawab, “Ya, apabila telah tersebar kekejian.” (HR. Bukhari)
Fitnah akan terus ada sampai hari kiamat nanti, dan dengan kasih-sayangnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan solusi kepada umatnya, agar terhindar dari fitnah tersebut. Yaitu dengan meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan, agar kita selalu meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari empat macam fitnah, yaitu: dari fitnah api neraka jahannam, fitnah adzab kubur, dari fitnah kehidupan serta fitnah kematian.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dari segala macam fitnah, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan pintu-pintu kebaikan, sehingga kita bisa mengikutinya, dan Dia menunjukkan kepada kita pintu kejelekan, sehingga kita bisa menjauhinya.
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment