Jika anda ingin dapat melakukan ibadah dan pengabdian secara khusu’ dan istiqamah maka jalankanlah semua apa yang telah diperintah oleh Allah dan dijalani oleh Rasulullah, bukan sekedar sholat khusu’ dan atau melakukan wirid ditengah kegelapan malam sendirian. mengadakan pertalian ruhani antara seorang shaliq dengan guru mursyidnya sampai dengan kepada Maha Guru Agung yaitu Rasulullah SAW. Pertalian ruhaniah dalam arti sambung rasa dan kebersamaan dalam ibadah untuk mencapai pendekatan atau taqorrub kepada Allah Suhanahu Wata'ala.
Puncak pelaksanaan dari menjalan kepada Allah menjadikan seorang pesuluk berada dalam kebersamaan yang hakiki secara ruhaniah dengan guru melalui ilmu pengetahuan , dan kemudian menjalankan apa - apa yang telah Rasulullah kerjakan akan membawa kita kepada pencapaian akhir kepada ma'rifatullah.
Jika jalan ibadah dilaksanakan tanpa tawasul, dalam arti tanpa mendapatkan bimbingan guru-guru mursyid secara ruhaniah, maka dihawatirkan ibadah tersebut malah dibimbing setan. Akibatnya setan akan membelokkan arah tujuan ibadah tersebut, hal mana yang disinyalir oleh sebuah ungkapan; “Barangsiapa beramal tanpa guru maka gurunya adalah setan”. Dengan ibadah seperti itu, bukannya mendekatkan diri kepada Allah tetapi malah menjauhkan dari-Nya.
Mencari Allah bukanlah dilangit dan dibumi, bukanlah Allah dicari di Utara atau di Selatan atau di Timur atau di Barat, bukanlah dicari dikiri, dikanan, diatas, dibawah, dihadapan, dibelakang, bukan, bukan, bukan! Sekali lagi, bukan!
Kita tidak disuruh untuk mencari Allaah Subhanahu Wata'ala dan melihat wujud Nya , karena sekali - kali kita tidak akan sanggup melihat-Nya, sebagaimana diterangkan dalam Al Quran diwaktu Nabiyullah Musa Alaihis Salam ingin sekali melihat wujud Allaah Subhanahu Wata'ala :
Dan tatkala Musa datang untuk munajat dengan Kami pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah diri Engkau kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." Al A'raaf : 31
Adapun yang bisa kita lakukan adalah mencari tanda - tanda kekuasaan Allaah Subhanahu Wata'ala yang ada dilangit dan dibumi serta yang ada pada diri kita sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran yang mengajak kita supaya kita melihat kedalam diri kita sendiri seperti didalam Firman - Nya, bermaksud :
di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Adz Dzaariyaat : 20 - 21
Tentunya hal tersebut harus terlebih dahulu dilakukan dengan penyujian jiwa (mata, telinga, hati) agar bersih daripada sifat-sifat kejahatan dapatlah kita melihat kepada diri kita dan disekeliling kita, sehingga kita mendapat cermin untuk melihat Tanda - Tanda Kekuasaan Allah Zat yang Maha Esa. Sebaliknya, jika JIWA kita itu Kotor / Buta / Berkarat / Berpenyakit / Bernajis , kita tidak mempunyai cermin untuk melihat Tanda - Tanda Kekuasaan Allah.
Hati yang diisi dengan mengingati Allah, seolah-olah rumah Allah, hati yang lupa / lalai kepada Allah adalah rumah Syaitan / Iblis dan segala niat jahatnya. (Bersambung Insya Allah)
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment