Kutukan Yang Besar 1

Ramalan Sabdo Palon Menetapi sumpah Sabdo Palon dan Naya Genggong


Ki semar, Petruk , Gareng dan Bagong BLAAAR…!.

”Sang Prabu diaturi ngyêktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon, wong jawan arêp diwulang wêruha marang bênêr luput.”

”Sang Prabu diminta memahami, suatu saat nanti kalau ada orang Jawa menggunakan nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, yaitulah yang diasuh oleh Sabda Palon, orang Jawan (yang telah kehilangan Jawa-nya) akan diajarkan agar bisa melihat benar salahnya.”

Semeru kembali terbatuk, riaknya begitu kental. Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digariskan kita harus berpisah.

Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Islam dengan Kawruh Budi, saya sebar seluruh tanah Jawa.

Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya. Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Kawruh Budi. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.

Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.

Seketika Nusantara dalam kesedihan..

Perguliran rahsa , diantara wingit dupa dan kemenyan, Geriapnya bersama bumi, gempa tsunami dan hancurnya jembatan-jembatan

“ Aku telah datang..!”, Teriakan Ki Sabdo Palon dan Naya Genggong

Maka Sang koruptor blingsatan, penipu, perampok , dan cecurut negri , Melarikan diri saking takutnya, kepalanya di taruknya di kaki , Tiada rupa namun melempar manusia laknat sebagai santapan Jin , Syetan dan Para danyang “Nusantara harus di cuci, bersih tiada daki”. Katanya tanpa ekspresi

Di ufuk tanpa cahaya, gelap, sinarnya tak menembus dahan mahoni

(Pasukan danyang merambah menaiki debu vulkanik yang tersebar ke seantero negeri, mengintai manusia manusia yang tak ber-budi, membongkar kebusukan lintasan hati para Petinggi Negeri)

“Maka lihatlah , di tahun ini , tahun 2012, bagaimana kejadiannya nanti , adalah tahun Lawon Sapta Ngesthi Aji “. Teriakannya tak terkendali

Langit kelap kelip, bumi gonjang ganjing, awan panas membakar , dan petir menggelegar, menyaput melingkupi Nusantara , Nafas terengah, berteriak tak bersuara, serasa sakit menikam jantung. “Maka diamlah wahai Semeru ! Akulah “Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu” tidak lain dan tidak bukan adalah Sabdo Palon, yang sejatinya adalah Dang Hyang Nirartha/ Mpu Dwijendra/ Pedanda Sakti Wawu Rawuh/ aliasTuan Semeru. “

“Aku datang ke tempatmu, mengasuh anakku, menikahkan anakku, orang Jawa yang menggunakan nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, dialah sejatinya aku, anakku Bandoro Raden Aryo , menikahnya tepat berada di kakimu”

Seperti memahami, matahari matanya gemerlap, Seperti bintang hatinya berpendar, langit tak membulat, karena ronanya, terhisap batuknya semeru , Meringkih kaki kaki nya, lereng arjuna tersaput debu, diantara hutan lali jiwo, para danyang demit dan baladewa Berkata suka menisbahkan dahaganya, Mengibas awan serasa pergi, tidak perlu menunggu pagi, Bergegas kesana kami semua lari, ketika Semeru memutahkan laharnya lagi, Memasuki perubahan jaman, menetapi, Bersama Ki Sabdo Palon dan Naya Genggong yang menjadi wali dan saksi

Karena begitulah prasyarat leluhur tanah Jawa ini.

Persaksikanlah..!

0 komentar:

Post a Comment