Hari berganti hari, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, sampah - sampah mulai membusuk , hidung - hidung tajam mulai mengeluh, karena selain baunya juga tidak sedap, juga mencemari lingkungan sekitar “Bagaimana rasanya melihat dan mencium kentang yang busuk disekitar kita ?”
Keluarlah keluhan tidak merasa nyaman melihat kebusukan - kebusukan sampah dan bau tak sedap yang dikeluarkan yang berada disekeliling kita ke mana pun perginya. seperti juga kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. “Sungguh sangat tidak menyenangkan melihat dan atau mecium serta berada diantara kebusukan sampah ke mana pun kita pergi. Alangkah tidak nyamannya..!
Kebencian, apalagi jika sudah menjadi dendam, memang bisa menjadi beban jika terus saja kita biarkan di dalam hidup ini. Tak hanya menjadi pemandangan yang kurang menyenangkan karena meskipun kita berusaha tidak melihat, namun pendengaran yang juga mempengaruhi perasaan-perasaan negatif ini bisa berubah menjadi penyakit. berbagai perasaan negatif yang di antaranya kebencian dan dendam dapat menimbulkan berbagai penyakit. Karena perasaan negatif dapat meningkatkan adrenalin serta tekanan darah, sehingga orang-orang yang berada dalam keadaan ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dua kali lebih tinggi dibanding orang lain serta stroke, atau menekan sistem pertahanan tubuh sehingga meningkatkan risiko kanker dan merangsang sistem saraf simpatik yang dapat menyebabkan berkurangnya pengeluarkan enzim-enzim pankreas dan menciptakan kesulitan dalam mencerna makanan.
Mengapa kita tidak bercermin dari perilaku Nabi Muhammad Saw? Nabi Saw dikenal dengan kesehatannya yang prima. Salah satu penyebab mengapa Nabi Saw demikian sehat adalah karena beliau bukan tipe orang yang mudah menyimpan kebencian maupun dendam. Nabi Saw begitu mudah memberi maaf pada orang yang telah menzalimi beliau.
Pada kisah lain diceritakan saat Rasulullah Saw dilempari orang di Thaif ketika beliau mengajak mereka pada Islam sampai kakinya berlumuran darah. Ketika malaikat datang kepadanya menawarkan untuk menimpakan gunung di atas orang-orang yang menyerangnya, Nabi hanya berkata, “Allahummahdi qaumi fainnahum lâ ya’lamûn. Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti.”
Kita memang bukan Rasul maupun Nabi yang kesabarannya sudah terbukti. Kita hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kemarahan, kebencian, dan rasa dendam. Namun kisah Nabi Saw di atas seolah menyeru pada kita untuk melenyapkan dendam dan kebencian. Caranya adalah dengan memberi maaf. Karena dengan memberi maaf maka kita menghapus dendam dan perasaan negatif kita terhadap orang lain. Seperti yang tertera di dalam al-Qur’an, untuk menolak kejahatan dengan cara yang lebih baik, yaitu dengan bersabar dan memberi maaf, serta mengaitkan keampunan Allah swt dengan kemampuan kita memaafkan sesama. [QS Fushshilat QS at-Taghâbun].
Demi kebaikan diri kita sendiri, mari kita jadikan Rosulullah sebagai suri tauladan.
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Al Ahzab : 21
Kita manusia telah banyak belajar tentang apa yang ada di dalam hidup dan kehidupan ini , terbang seperti burung (pesawat , balon , paralayang , dll) serta berenang seperti ikan (snorkeling, diving, dll) hanya satu yang kebanyakan kita belum belajar yakni menjadi saudara diantara sesama manusia. Jika saat ini kita menyimpan kebencian kepada seseorang, ingatlah bahwa target kebencian kita adalah makhluk Allooh Subhanahu Wata'ala., karena apa yang kita lakukan terhadap sesama, kita telah melakukannya terhadap Allooh Subhanahu Wata'ala.
Bukankah Hanya Allooh Hakim yang seadil-adilnya....? At Tiin : 8
0 komentar:
Post a Comment