Sebuah kejadian baik atau buruk dapat menimpa setiap mahluk hidup di bumi ini kapan saja, dan hal tersebut menghasilkan sebuah kejadian / peristiwa yang dapat diapresiasi lebih pada karya-karya anak manusia, ada kalanya hal tersebut memberi dampak kebaikan bagi makhluk dan manusia lain, namun seringkali membawa dampak yang tidak baik bagi kebanyakan manusia. dalam hal ini pula kejadian-kejadian tersebut akan memberikan sebuah pengalaman tersendiri bagi anak manusia, karena berangkat dari hasrat dan dasar pemikiran pribadi serta cara memaknai suatu kejadian akan hadirnya kejadian tersebut, sebuah interaksi dan respon akan lahir dan menciptakan suasana baru.
Secara ringkas dalam tubuh dan olah pikir manusia ditemukan paling tidak tiga bentuk varian dalam menyikapi suatu kejadian. Pertama, mereka yang menunjukkan sikap skeptis dan protes terhadap perubahan mendasar dalam struktur kehidupan yang pada dasarnya diakibatkan oleh diri sendiri maupun lingkungan. Kedua, yang mengikuti arus dan tenggelam dalam suatu kejadian tetapi menentang dan tidak mau tahu apapun yang terjadi. Ketiga, yang melakukan penyesuaian terhadap adanya suatu kejadian bahkan secara implisit menjadikan perubahan yang dramatis atas suatu kejadian.
Munculnya reaksi terhadap adanya suatu kejadian terhadap sistem dan pola pikir serta keadaan tiap - tiap orang akan suatu kejadian yang menjadikan hal tersebut berbeda. Paling tidak dari adanya suatu kejadian seorang manusia akan menemukan beberapa varian tertentu dalam merespon suatu kejadian sebagai subyek yang memiliki sikap yang beragam dalam merespon perubahan manusia seringkali menjadikan kesendirian sebagai pelarian utama dalam menanggapi hal tersebut.
Tentang realitas sosial berdimensi keagamaan, keyakinan, kesadaran dan tindakan manusia terhadap suatu masalah atau kejadian dengan menyendiri adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, fenomena yang tidak bersifat eksternal, tetapi berada dalam diri masing-masing individu serta memberikan peluang untuk memahami fenomena menurut pandangan masing - masing manusia.
Munculnya reaksi terhadap adanya suatu kejadian terhadap sistem dan pola pikir serta keadaan tiap - tiap orang akan suatu kejadian yang menjadikan hal tersebut berbeda. Paling tidak dari adanya suatu kejadian seorang manusia akan menemukan beberapa varian tertentu dalam merespon suatu kejadian sebagai subyek yang memiliki sikap yang beragam dalam merespon perubahan manusia seringkali menjadikan kesendirian sebagai pelarian utama dalam menanggapi hal tersebut.
Tentang realitas sosial berdimensi keagamaan, keyakinan, kesadaran dan tindakan manusia terhadap suatu masalah atau kejadian dengan menyendiri adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, fenomena yang tidak bersifat eksternal, tetapi berada dalam diri masing-masing individu serta memberikan peluang untuk memahami fenomena menurut pandangan masing - masing manusia.
Mengamati , mencermati , membaca kembali serta kemudian memperbaiki apa yang terjadi dalam berbagai aktivitas kehidupan , ritual dalam keagamaan (bertaubat) seringkali menjadi pilihan yang terbaik, baik yang hanya bersifat sementara maupun seterusnya, meskipun di zaman seperti saat ini sudah sangat jarang sekali ditemukan, karena tersedianya berbagai akses ke dalam syurga duniawi yang menjadi pelarian bagi banyak orang. namun kembali hal tersebut pada dasarnya bukanlah sebuah solusi akan tetapi lebih kepada menambah permasalahan dan beban hidup.
Sebagai seseorang yang sedang belajar mengenai apa yang menjadi pandangan orang lain tentang hidup dan kehidupan guna untuk mencapai semua itu perlu dilakukan adanya Revitalisasi keagamaan (upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran) seperti yang terjadi di negara kita khususnya (indonesia).
Skala revitalisasi pada tingkatan makro dan mikro yang mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial dan keagamaan. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Kegiatan bisa berbentuk preservasi dan pada saat yang sama melakukan pembangunan atau pengembangan, restorasi, replikasi, resontruksi, revitalisasi dan atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset keagamaan dimasa lalu.
Untuk melakukkannya perlu upaya lintas sektoral, multidimensi dan disiplin serta berkelanjutan. Revitalisasi untuk sesuatu yang tidak hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan keagamaan yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi itu perlu adanya keterlibatan masyarakat yang bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat yang tidak hanya bertumpu pada masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Untuk itu, perlu mekanisme yang jelas dan terstruktur serta terencana dan bahwa ada aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi keagamaan, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak fihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi tersebut. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek lokasi dan tempat bersejarah atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah kehidupan suatu kawasan.
Hal ini diharapkan agar nantinya segala apa yang kita lakukan dapat menjadikan manfaat baik dikehidupan dunia maupun kelak di-kehidupan akherat.
Wallahu A'lam
Untuk melakukkannya perlu upaya lintas sektoral, multidimensi dan disiplin serta berkelanjutan. Revitalisasi untuk sesuatu yang tidak hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan keagamaan yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi itu perlu adanya keterlibatan masyarakat yang bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat yang tidak hanya bertumpu pada masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Untuk itu, perlu mekanisme yang jelas dan terstruktur serta terencana dan bahwa ada aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi keagamaan, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak fihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi tersebut. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek lokasi dan tempat bersejarah atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah kehidupan suatu kawasan.
Hal ini diharapkan agar nantinya segala apa yang kita lakukan dapat menjadikan manfaat baik dikehidupan dunia maupun kelak di-kehidupan akherat.
Wallahu A'lam
0 komentar:
Post a Comment