Antara Janji, Kesetiaan, Sejarah, Dan Masa Depan

Kesetiaan janjiku untuk mempertahankan kasihku pada-Mu, walau aku tahu Egkau bukan untuk aku seorang, tidak ada harta apapun yang bisa mengganti rasa cinta ini kepada-Mu Jika aku boleh memilih untuk memiliki antara permata termahal didunia dan segala isi dunia ini maka aku akan memilih Rahmat dan Hidayah-Mu untuk aku miliki , Hati yang tulus setia, maaf untuk semua cara yang telah lalu hanya untuk membuktikan tidak ada yang lain, tak pernah ada yang terbaik tapi aku yakin petunjuk-Mu tidak akan pernah salah. Meskipun mendapatkan tekanan yang luar biasa, aku akan tetap melanjutkan perjuangan untuk menuntut janji-janji-Mu dan melaksanakan janji-janjiku semampuku.


Kesetiaan saat ini perlahan menjadi barang langka, kesetian tak lagi digemari dan dari sisi yang lain kepercayaan dan kejujuran sudah tidak lagi dihargai , bahkan dikhianati, bukan hanya orang muda generasi tua pun perlahan meninggalkan nilai-nilai kesetiaan. Kesetiaan pada janji bahkan kadang salah dimengerti sebagai keterikatan ruang gerak diri, kepasifan dan kepasrahan pada takdir menuju kesesatan dan kefasadan, bukan kepada jalan takdir menuju rahmat dan ampunan.

Kita kenal banyak fenomena dalam hidup yang menggambarkan betapa sulitnya menghidupi sebuah kesetiaan. Sudah banyak kita saksikan, bagaimana janji "kesetiaan hingga kekal" begitu tegas diucapkan di depan altar Tuhan. Setelah beberapa persoalan kecil di keluarga, kesetiaan itu harus berantakan. Keindahan cinta tidak lagi meninggalkan bekas. Juga dalam hidup membiara / mengasingkan diri / suluk / dan apapun itu sebutannya, sudah sering kita dengar dan baca tentang biarawan yang harus menanggalkan jubah putih setelah sekian lama hidup dalam janji kesetiaan.
Nilai dan makna kesetiaan serta janji memang akan selalu mendapatkan tantangan yang hebat dan dahsyat gelombang dan badai rintangan dan halangan akan senantiasa menerpa (al ayat)

Ada sebentuk ketakutan besar dalam manusia modern, untuk mengikatkan diri dalam kesetiaan dengan orang lain, karena mereka ragu, mustinya aktualisasi dirinya bisa dikembangkan secara penuh dan optimal dalam satu format tunggal bernama "kesetiaan". Orang selalu butuh "pengalaman baru," dan sedikit angin baru.

Orang butuh sedikit ruang gerak yang lebih bebas dalam hidup, tapi di lain pihak ada juga kerinduan dalam nurani manusia akan pribadi-pribadi setia, yang tetap tegar bertahan dan tidak tega membiarkan kita sendirian menghadapi badai. rindu akan pribadi - pribadi sederhana, yang kehadirannya menghadiahkan ketentraman dan kepastian. Senyum dan tawa mereka sudah sangat berarti, dan kita tidak lagi takut jika tangan kita saling menggenggam erat : aku ada di sini, di sampingmu. Setiap kita memimpikan bisa bertemu dengan malaikat yang setia menunjukkan dan membimbing kita kepada jalan menuju kebahagiaan. Sering kita harus lama menunggu sampai semuanya datang tampak gejala yang kian kentara dan bahwa kita lebih senang bermimpi ketimbang berusaha untuk menjadi seorang malaikat bagi orang lain. sungguh sangat disayangkan bahwa kerinduan akan kehadiran pribadi - pribadi setia sering dikonfrontasikan dengan keraguan akan kemampuan sendiri, untuk tetap bertahan dalam kesetiaan.

Kesetiaan tidak boleh dimengerti hanya sebagai kesetiaan pada aturan dan tugas. Karena itu hanya merupakan satu bentuk pemenuhan sederetan kewajiban. Ia hanya merupakan satu bentuk formalitas. dan juga tidak berorientasi pada ucapan
Bangsa ini memuliakan Allaah dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada Nya.

Kita tahu, kesetiaan hanya terbukti terutama dalam pemenuhan janji yang diucapkan. Di sini kesetiaan itu mempunyai orientas: aku setia pada pribadi tertentu, setia terhadap kamu. Ia diarahkan pada kebahagiaan orang lain. dan kesetiaan seperti ini hanya mengandaikan cinta dan kasih sayang. Aku hanya bisa setia pada dia yang kucintai.

Sebenarnya dalam kesetiaan tersembunyi kerinduan, bahwa aku penuh kepercayaan bisa menyerahkan diri pada yang kucintai. Aku juga diminta untuk selalu bersedia mendengarkan panggilan yang dengannya aku mengikat diriku dengan lebih merupakan kesediaan, untuk bersama-sama menapaki jalan menuju cita, untuk tetap menjaga semua janji yang pernah ku-ucapkan, terlepas dari seribu satu perubahan.

Hanya manusia yang setia pada janji yang mampu memiliki masa depan. menurutnya, manusia pertama-tama mengenal dan menerima dirinya melalui kesetiaan. Ia akan menemukan identitas sesungguhnya melalui setiap pengalaman dalam kehidupan ketika jatuh dan bangun maka ia akan tiba pada tahap dimana ia "mencintai dan mengerti serta mengenali diri serta tuhan-Nya" dengan melihat kelebihan dan kekurangan secara seimbang dan tidak menuntut lebih maka kesetiaan seperti inilah yang mustinya banyak dipraktekkan oleh manusia saat ini.

Selain orientasi kesetiaan juga mempunyai tujuan jelas. Ia mengarahkan kita untuk menjadi duta kebahagiaan bagi orang lain yang dilayani. Aspek diakonia ini penting dalam membangun kebersamaan. Tanpa semangat pelayanan maka kita akan cepat jatuh pada rutinitas duniawi dan ego sendiri-sendiri. Semuanya cepat menjadi hambar dan tidak sehangat seperti pada awal. Jika kualitas suatu hubungan semakin mempribadi, maka hubungan itu semakin dibentuk oleh kesetiaan, orang tua - anak, serta kesetiaan dalam sakramen pernikahan, kesetiaan dalam persahabatan dan persahabatan umat manusia. Allaah Subhanahu Wata'ala memberikan prioritas teratas dalam kesetiaan dalam lembaga pernikahan, dalam hidup imamat dan dalam penghidupan kaul-kaul kehidupa. Sebagai seorang Hamba Allaah kita bertanya, di mana letak kekuatan kesetiaan kita pada janji-janji-Nya..? Hanya Allaah yang bisa menolong kita memupuk kesetiaan dan meneguhkan kita dalam kesetiaan ketika semua orang pergi menjauh dan berpaling.

Bahwa dia tetap setia pada kita umat tebusan-Nya, terlepas dari kenyataan bahwa kita paling sering tidak setia, ini memberikan jaminan kebahagiaan : kita boleh berharap akan ditinggikan dengan kesetiaan dan menumbuhkan benih-benih harapan. Bukan saja menjadi contoh terbaik dari sebuah kesetiaan, Ia juga menunjukkan bahwa kesetiaan itu menyelamatkan dan membebaskan penderitaan dan kemelut hidup tak boleh meruntuhkan tekad untuk bertahan, jika kita sadar ke mana kesetiaan itu bermuara dan untuk apa kita setia kita akan tabah menerima kekurangan diri dan orang lain akan membuka jalan kepada proses yang mendatangkan rahmat.
Semoga kita semua hari ini boleh menjadi saudara dalam kesetiaan bagi mereka yang kita cintai, terutama di keluarga kita masing-masing.

Bercermin dari sejarah untuk masa depan bangsa yang baik adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Banyak orang yang setuju akan hal ini, tetapi di Indonesia hal ini sangat jauh dari harapan. Terlihat dari banyaknya pemimpin tidak sadar sejarah. terbukti dalam pengambilan kebijakan yang tidak bercermin pada masa lalu, baik dalam kehidupan berbangsa maupun di dalam kehidupan pendidikan yang dihuni oleh kaum-kaum intelektual. pernyataan yang sangat relevan hingga sekarang mengingatkan rakyat Indonesia, yang katanya didalamnya juga terdapat kaum intelek yang tidak lagi memahami sejarah bangsanya.

Bangsa yang lupa sejarahnya sama dengan anak ayam yang kehilangan induknya. hidup tak tentu arah dan tercerai berai sehingga pemangsa dengan mudah menguasainya. Demikianlah yang terjadi di negeri ini, para penjajah berwajah baru kembali menguras segala sumber-sumber kekayaan alam kita. Parahnya, pemerintah di republik ini dijadikan sebagai perpanjangan tangan negara maju untuk menginjak rakyatnya sendiri. Kebijakan ekonomi yang pro-modal asing ini berlangsung sejak naiknya pemerintahan orde baru dengan membuka saluran kapitalisme di Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia juga mempengaruhi generasi muda menjadi lupa sejarah , Agama dan lebih berorientasi pada perbudakan jangka - panjang, sistem pendidikan mengarahkan kaum terdidik hanya untuk menjadi pekerja-pekerja, tidak jauh beda dengan sistem pendidikan pada masa pemerintahan kolonial belanda. Dimana pada masa itu, kaum pribumi dididik untuk bisa bekerja di birokrasi pemerintahan, pabrik, dan perkebunan. Akibatnya, sulit mencari kaum terdidik berwatak pemikir dan berjiwa nasionalisme apalagi mengenal tuhannya.

Dalam pendidikan sejarah, tidak diarahkan untuk mengatasi permasalahan kebangsaan banyak orang berpandangan bahwa tidak ada gunanya belajar sejarah. Ini dapat dipahami ketika belajar sejarah identik dengan menghapal nama orang, tahun-tahun, dan tempat peristiwa. Banyak orang melihat sejarah sebagai dongeng pemahaman sempit seperti ini menyebabkan rasa nasionalisme yang sempit, sehingga rakyat Indonesia tidak mempunyai prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air terlebih lagi beragama.

Sejatinya, belajar sejarah bertujuan memahami masa lampau untuk mengambil sikap pada masa sekarang demi kejayaan masa yang akan datang dan segala hal buruk ataupun kesalahan masa lalu dijadikan sebagai pengalaman berharga agar lebih bijaksana ke depan dan bukannya jatuh berulang pada lubang yang sama. Misalnya daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari pangkuan ibu pertiwi pada masa lalu, perlu dilihat aspek historisnya (akar permasalahan) sehingga untuk ke depan permasalahan seperti ini tidak terulang lagi.

Menjadi bangsa yang dewasa

Arsip merupakan kepingan-kepingan sejarah yang berguna untuk masa depan apabila disusun menjadi sebuah bangunan. bangunan ini bisa menjadi batu loncatan untuk melanjutkan tatanan kehidupan ke arah yang lebih baik, bangsa yang menjadikan arsip sebagai kekayaan dan memanfaatkannya untuk masa depan yang lebih baik yang memahami sejarahnya sehingga bijaksana dalam merancang hari esok adalah bangsa yang dewasa.

Adapun yang menjadi persoalan di Indonesia adalah minimnya kesadaran akan pentingnya nilai historis dan keagamaan para elite politik dan tidak ketinggalam ulama sibuk untuk memperjuangkan dan mempertahankan kepentingannya masing-masing, kebingungan dan akhirnya semakin tersesat dalam membuat kebijakan seperti kebijakan politik, ekonomi, dan pendidikaan karena tidak mempunyai dasar untuk mengambil kebijakan tersebut, tak jauh beda dengan pendahulunya.

Dengan melihat permasalahan tersebut maka pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus benar-benar menyadari akan pentingnya pemanfaatan disegala bidang dalam mendewasakan bangsa. Bukan berarti pemerintah memanfaatkan arsip untuk kepentingan sendiri melalui distorsi sejarah tetapi untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Budayakan penelitian

Untuk mendewasakan bangsa melalui pemanfaatan arsip memerlukan proses yang cukup lama. Arsip yang telah ada harus diteliti agar tidak hanya menjadi barang rongsokan. Penelitian ini tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. mustinya disinilah peran pemerintah dalam membangun bangsa melalui kebijakan dalam pendidikan yang mengembangkan budaya penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menyikapi persoalan-persoalan yang ada di dalam masyarakat melalui Arsip-arsip yang ada, kemudian dikritisi, diinterpretasi dan dituliskan menjadi sebuah hasil penelitian yang diharapkan berguna untuk memetakan masa depan yang lebih baik.

Lemahnya penelitian di universitas selama ini menunjukkan kurangnya perhatian dalam sistem pendidikan kita. Bahkan yang sangat memprihatinkan, tugas akhir mahasiswa (skripsi) terkadang asal jadi dan jiplak sana dan sini , sudah jarang hasil skripsi mahasiswa yang berkualitas karena lemah dalam penelitian dan bahkan tidak sedikit yang asal jadi serta memesan kepada calo - calo pembuat skripsi. padahal mustiya dengan membudayakan penelitian di negeri ini, maka masyarakat semakin menyadari pentingnya arsip sebagai sumber pengetahuan dan penelitian untuk mendewasakan bangsa.

Allaah yang menciptakan sejarah Kekuatan-NYA melampaui atau bahkan tak mempedulikan kaidah waktu, baik masa lalu, masa kini, atau juga masa depan. Al Quran begitu kaya dengan informasi sejarah, Tapi tak cukup bila metode pemahaman sejarah versi Al Quran itu berlangsung secara terbatas, dengan memaknai hal itu sebagai peristiwa masa lalu semata. Bahkan Ayat - ayat Al Quran akan terus abadi hingga akhir masa. TERLALU PICIK DAN MUNAFIK menafsirkan ayat al quran adalah sebagai dongeng semata dan Bahkan Allaah Mengingatkan dalam ayat-ayat Nya bahwa mereka yang menganggapnya sebuah dongeng ,  Merekalah Orang - orang Kafir yang sesungguhnya. (Al Baqarah , Al Anfaal , An Nahl dan Al Qalam)

Sebab hakikatnya informasi sejarah Al Quran adalah berdimensi nirwaktu (tanpa batas waktu). Benar bahwa satu-satunya gambaran masa lalu dalam sejarah kitab suci Umat Islam itu adalah berada dalam dimensi fisik belaka. Tentang Fir’aun, tentang kaum Tsamud, kau Ad, atau kaum Nabi Luth, adalah masa lalu bila maknanya adalah sosok fisik dan performa material. Tetapi ada hikmah non fisik dan non materi dalam sejarah Al Quran, yaitu nilai-nilai dan moralitas. Misalnya tentang kesombongan Fir’aun, ketamakan kau Tsamud, dan perilaku bathil kaum Luth. Lalu, siapa bilang nilai dan moralitas itu lenyap di masa kini dan tak akan berlaku di masa depan...?

Dengan demikian, sejarah juga adalah persoalan masa depan, Itupun bila sepakat bahwa masa depan adalah sebuah bidang yang akan terisi dengan persoalan moralitas, nilai-nilai, keyakinan, dan “ideologi” manusia. Masa depan, masih akan terisi dengan kisah heroik, pertempuran antara kebenaran dan kedholiman, antara sukses dan gagal, antara adil dan bathil. Isu-isu kemanusiaan masih akan tetap sama.

Hanya performa fisiknya saja yang mengalami perubahan, pesan sejarah yang bermanfaat di masa depan wajib muncul dari daya pikir yang kritis. Perlakukanlah sejarah sebagai sejuta kemungkinan, melalui multi perspektif, dan menanggalkan kaidah kebenaran tunggal. Sikap terbuka, bersedia menerima alternatif, seraya membuka peluang terhadap alternatif opini yang berbeda dari asumsi kebenaran yang kita yakini, benar-benar menjadi mutlak perlu. klaim kebenaran sejarah harus kita ukur dan uji kembali, keyakinan-keyakinan lama kita bisa jadi masih berlaku dan masih benar, tetapi di masa depan mungkin keliru, itulah yang kita butuhkan.

Sejarah adalah masa depan

Tidak ada manusia yang kosong sama sekali dari riwayat diri dan lingkungannya, bahkan sebagai anak bangsa, sebagai bagian dari komunitas tertentu, identitas kita dibentuk dan diposisikan oleh sejarah. Oleh karena itu ke depan nanti, jangan kita terperangkap oleh kesalahan-kesalahan masa lalu, baik dari sisi tindakan ataupun dari aspek cara berpikir, Alasan sederhana, sejarah itu menentukan masa depan, artinya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik maka harus ada usaha untuk membuat sejarah agar bisa mendukung penciptaan masa depan yang baru dan lebih baik.

Memang untuk melakukan perubahan terhadap sejarah masa lalu hampir pasti merupakan pekerjaan yang mustahil dilakukan , tapi setidaknya ada beberapa hal yang bisa menjadi concern Harus ada sebuah pandangan yang konfrehensif dan baru terhadap sejarah, bahwa sejarah telah mengajarkan kita kepada tentang bagaimana berfikir sistematis dan analitatif terhadap permasalahan kemanusiaan, bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini merupakan sebuah proses panjang dari sebab dan akibat sebagaimana telah ditentukan oleh yang maha kuasa dan kita tinggal menjalaninya.

Apa yang terjadi hari ini akan menjadi sejarah bagi masa depan, apa pun itu. Ya, kita memang tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yang “beruntung” bisa mengetahui masa depan dengan lengkap, tapi setidaknya kita bisa memprediksi itu dari sekarang, karena itu keseriusan kita untuk berubah menjadi suatu keharusan, untuk masa depan kita. Seperti kata orang hebat ; “Masa depan di tangan kita”

Wallahu A'lam

0 komentar:

Post a Comment